Kisah 1.
Pada suatu ketika ada seekor induk elang yang baru saja menetaskan telurnya,bayi-bayi elang yang baru melihat dunia itu terpaksa harus ditinggalkan induknya,karena hendak mencari makan. “Sabar ya sayang,ibu mau pergi sebentar saja,ibu mencarikan makan buat kalian.” Ibu memang selalu begitu,dia adalah perpanjangan tangan Tuhan untuk memberikan kasihNya pada mahluk baru yang lahir kemuka bumi.Ini berlaku buat ibu manusia maupun ibunya elang….kalo ada ibu yang jahat sama anaknya berarti mereka ibu yang aneh…. :) Saat ditinggalkan induknya itulah,ada anak elang yang suka explore..kayak si Dora The exporer..mungkin pingin tahu dunia yang baru dilihatnya…Tapi sayang saking hiperactive-nya,anak elang ini justru jatuh dari sarangnya,yang disusun si induk diatas pohon oak yang besar dan tinggi.
Untungnya..
anak elang yang hiperactive ini selamat,sesampai ditanah.Ada lapisan rumput tebal yang lumayan empuk jadi bisa menahan tubuhnya saat jatuh.
Anak elang itu tentu saja kebingungan,berjalanpun masih tertatih-tatih,malah jatuh di tempat yang sama sekali asing baginya.Insting mahluk ciptaan Tuhan adalah salah satu bekal untuk bertahan hidup.Dengan insting pula,si anak elang ini mendekati induk ayam yang sedang mencari makan bersama anak-anaknya.Mungkin si induk ayam ini mengira,si bayi elang itu juga salah satu anaknya,dengan penuh kasih,si induk ayam menjaga dan memberi makan si elang sebagaimana menjaga anak-anaknya yang lain.
Hari demi hari berlalu,si anak elang tumbuh bersama saudara-saudara angkatnya,ayam,dan dia belajar hidup sebagaimana ayam.Mencari makan dengan mematuk-matuk tanah,dan sayap yang tumbuh di kedua sisi tubuhnya nyaris tidak pernah dia gunakan,karena dia tidak pernah tau bagaimana cara memakainya.Walau kadang muncul pertanyaan kenapa kok sayap dan kaki serta paruhnya agak beda dengan lainnya dia tetap menjalani hidupnya bersama kumpulan ayam itu.
Ketika si elang beranjak remaja,dia sempatkan untuk menengadah melihat langit.Nah saat itulah,dia melihat ada seekor mahluk yang bentuk tubuhnya persis sekali dengan dia.Mahluk itulah yang selalu membuat saudara-saudara nya para ayam ketakutan mana kala mendengar suaranya.Ya dia merasa mahluk yang sedang terbang tinggi diangkasa,dengan mengepakkan sayapnya yang gagah,kadang menukik tajam dengan mata yang bersinar untuk menangkap mangsa itu jauh lebih mirip dirinya…..”.itu seperti aku ” begitu pikirnya.
Tapi kenapa dia bisa terbang,dia bisa mengepakkan sayap,dia bisa berburu mangsa dengan begitu lincah dan gesit.Matanya tajam,apa yang di buru pun jauh berbeda,si elang yang terbang berburu ular,tikus sawah tapi si elang-ayam,cukup memakan butir jagung atau beras yang kadang bertabur di tanah.
Elang remaja tak jua bisa mendapatkan jawaban,siapa yang “mirip” dia dan bisa terbang itu.
Suatu hari dia ingin menemukan jawaban itu sendiri,dia mencoba tempat yang agak tinggi,dia bentangkan sayapnya.Ya dia menirukan “si elang terbang itu”,dia sering jatuh,tapi terus mencoba,dibentangkannya sayapnya,kemudian dikepakkan,dan ternyata….akhirnya dia melayang..dia terbang
Dia pun bisa menjelajah angkasa,dia bisa melihat saudara dan ibu angkatnya,ayam-ayam itu masih sibuk mencari makan ditanah.Elang remaja itu kian lama kian pandai terbang,ketajaman mata dan pendengarannya kian lama kian terasah.Dia mulai tertarik untuk memakan tikus sawah,ya insting untuk menukik tajam dan menangkap mangsa-mangsa hidup kian lama kian kuat.Si elang remaja tak bisa lagi mematuk-matuk tanah mencari beras,dia tidak nyaman lagi hidup di kandang,saat nya dia mencari tempat nya yang sejati.Di rimba raya,di pohon yang tinggi.Tak ada takut mana kala mendengar desis ular atau pekik elang lain ketika terbang.Hingga akhirnya dia kembali menemukan saudara-saudaranya yang dulu terpisah,para elang.Elang kembali menemukan tempat kesejatian…sejati nya dia adalah elang.
Anak elang tidak akan pernah jadi anak ayam.
Aku pernah merasakan kegelisahan yang sama dengan si elang itu.Aku ingin terbang bebas,aku ingin hidup lepas tanpa belenggu kandang.Aku bisa berburu mangsa tanpa disebari beras,aku tidak takut menerjang pekatnya rimba atau menahan terpaan angin di alam lepas.Itu duniaku,itu yang membuat aku bahagia.Aku tak sudi dikurung di kandang,atau mematuk butir-butir jagung di tanah.Itu bukan tempatku,sekalipun aku selama ini dibesarkan di kandang,diajari mematuk beras.Tapi aku yakin aku adalah elang.Aku akan belajar kembali menjadi elang,aku akan menantang alam.Dan mendapatkan kembali kebebasan dan itulah kebahagiaan sejatiku.
Ya,kini aku telah menjadi elang,aku telah meninggalkan kandang.Aku bebas menetapkan kemana akan terbang,tak ada penghalang.Terimakasih ibu ayamku,aku sayang dan tak akan lupa jasamu.Tapi aku ini elang,aku harus terbang….terbang tinggi…meraih cita-citaku.Sekalipun ribuan rintangan akan datang.
Jadi,cobalah kita merenung sejenak,apakah kita ini elang atau ayam?
Kalo ternyata kita ini anak ayam (chicken little) mungkin tempat yang aman memang di dalam dekapan ibu dikandang yang hangat.Mendapat jatah makan dan terjaga dari bahaya alam, buat apa mencari resiko,buat apa menantang bahaya,hidup mapan dan terjaga itu lah tempat ayam.Jadi nggak perlu belajar terbang.
Tapi bila ternyata kita ini elang,…elang sejati memang akan selalu terbang tinggi,tidak akan pernah gentar menghadapi ancaman bahaya,siap berjuang..demi sebuah impian,walau resiko menghadang…it’s a choice.Untuk satu alasan…”kebahagiaan sejati seekor elang adalah terbang tinggi,menembus awan dan mendapatkan kebebasan” Siapa takut?——-he..he..kayak lagu dewa donk…
Jadi ingat puisi Rendra:
“Burung elang tak akan pernah jadi burung Nuri,sekalipun di jeruji dalam sangkar besi.”
Elang tetap elang.
sumber : abilonline.com
Anak elang itu tentu saja kebingungan,berjalanpun masih tertatih-tatih,malah jatuh di tempat yang sama sekali asing baginya.Insting mahluk ciptaan Tuhan adalah salah satu bekal untuk bertahan hidup.Dengan insting pula,si anak elang ini mendekati induk ayam yang sedang mencari makan bersama anak-anaknya.Mungkin si induk ayam ini mengira,si bayi elang itu juga salah satu anaknya,dengan penuh kasih,si induk ayam menjaga dan memberi makan si elang sebagaimana menjaga anak-anaknya yang lain.
Hari demi hari berlalu,si anak elang tumbuh bersama saudara-saudara angkatnya,ayam,dan dia belajar hidup sebagaimana ayam.Mencari makan dengan mematuk-matuk tanah,dan sayap yang tumbuh di kedua sisi tubuhnya nyaris tidak pernah dia gunakan,karena dia tidak pernah tau bagaimana cara memakainya.Walau kadang muncul pertanyaan kenapa kok sayap dan kaki serta paruhnya agak beda dengan lainnya dia tetap menjalani hidupnya bersama kumpulan ayam itu.
Ketika si elang beranjak remaja,dia sempatkan untuk menengadah melihat langit.Nah saat itulah,dia melihat ada seekor mahluk yang bentuk tubuhnya persis sekali dengan dia.Mahluk itulah yang selalu membuat saudara-saudara nya para ayam ketakutan mana kala mendengar suaranya.Ya dia merasa mahluk yang sedang terbang tinggi diangkasa,dengan mengepakkan sayapnya yang gagah,kadang menukik tajam dengan mata yang bersinar untuk menangkap mangsa itu jauh lebih mirip dirinya…..”.itu seperti aku ” begitu pikirnya.
Tapi kenapa dia bisa terbang,dia bisa mengepakkan sayap,dia bisa berburu mangsa dengan begitu lincah dan gesit.Matanya tajam,apa yang di buru pun jauh berbeda,si elang yang terbang berburu ular,tikus sawah tapi si elang-ayam,cukup memakan butir jagung atau beras yang kadang bertabur di tanah.
Elang remaja tak jua bisa mendapatkan jawaban,siapa yang “mirip” dia dan bisa terbang itu.
Suatu hari dia ingin menemukan jawaban itu sendiri,dia mencoba tempat yang agak tinggi,dia bentangkan sayapnya.Ya dia menirukan “si elang terbang itu”,dia sering jatuh,tapi terus mencoba,dibentangkannya sayapnya,kemudian dikepakkan,dan ternyata….akhirnya dia melayang..dia terbang
Dia pun bisa menjelajah angkasa,dia bisa melihat saudara dan ibu angkatnya,ayam-ayam itu masih sibuk mencari makan ditanah.Elang remaja itu kian lama kian pandai terbang,ketajaman mata dan pendengarannya kian lama kian terasah.Dia mulai tertarik untuk memakan tikus sawah,ya insting untuk menukik tajam dan menangkap mangsa-mangsa hidup kian lama kian kuat.Si elang remaja tak bisa lagi mematuk-matuk tanah mencari beras,dia tidak nyaman lagi hidup di kandang,saat nya dia mencari tempat nya yang sejati.Di rimba raya,di pohon yang tinggi.Tak ada takut mana kala mendengar desis ular atau pekik elang lain ketika terbang.Hingga akhirnya dia kembali menemukan saudara-saudaranya yang dulu terpisah,para elang.Elang kembali menemukan tempat kesejatian…sejati nya dia adalah elang.
Anak elang tidak akan pernah jadi anak ayam.
Aku pernah merasakan kegelisahan yang sama dengan si elang itu.Aku ingin terbang bebas,aku ingin hidup lepas tanpa belenggu kandang.Aku bisa berburu mangsa tanpa disebari beras,aku tidak takut menerjang pekatnya rimba atau menahan terpaan angin di alam lepas.Itu duniaku,itu yang membuat aku bahagia.Aku tak sudi dikurung di kandang,atau mematuk butir-butir jagung di tanah.Itu bukan tempatku,sekalipun aku selama ini dibesarkan di kandang,diajari mematuk beras.Tapi aku yakin aku adalah elang.Aku akan belajar kembali menjadi elang,aku akan menantang alam.Dan mendapatkan kembali kebebasan dan itulah kebahagiaan sejatiku.
Ya,kini aku telah menjadi elang,aku telah meninggalkan kandang.Aku bebas menetapkan kemana akan terbang,tak ada penghalang.Terimakasih ibu ayamku,aku sayang dan tak akan lupa jasamu.Tapi aku ini elang,aku harus terbang….terbang tinggi…meraih cita-citaku.Sekalipun ribuan rintangan akan datang.
Jadi,cobalah kita merenung sejenak,apakah kita ini elang atau ayam?
Kalo ternyata kita ini anak ayam (chicken little) mungkin tempat yang aman memang di dalam dekapan ibu dikandang yang hangat.Mendapat jatah makan dan terjaga dari bahaya alam, buat apa mencari resiko,buat apa menantang bahaya,hidup mapan dan terjaga itu lah tempat ayam.Jadi nggak perlu belajar terbang.
Tapi bila ternyata kita ini elang,…elang sejati memang akan selalu terbang tinggi,tidak akan pernah gentar menghadapi ancaman bahaya,siap berjuang..demi sebuah impian,walau resiko menghadang…it’s a choice.Untuk satu alasan…”kebahagiaan sejati seekor elang adalah terbang tinggi,menembus awan dan mendapatkan kebebasan” Siapa takut?——-he..he..kayak lagu dewa donk…
Jadi ingat puisi Rendra:
“Burung elang tak akan pernah jadi burung Nuri,sekalipun di jeruji dalam sangkar besi.”
Elang tetap elang.
sumber : abilonline.com
Panduan Lengkap Bisnis Properti Bisnis Properti
Jasa Aristek Lengkap Jasa Arsitek
Sistem Informasi Properti Sistem Informasi Properti
Cari Rumah Berkwalitas Jawara Properti
0 komentar:
Posting Komentar